Popular Posts

9.24.2013

Jodoh Antara Zodiak dan Watak



Benarkah Zodiak dan Watak Mempengaruhi Jodoh?

Assalammualaikum wr wb.
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada ustadz, Perkenalkan saya Nina usia 21tahun asal Malang Jawa Timur.
Saya sekarang sedang bertaaruf dengan seorg pemuda yg usianya 26 tahun. Banyak kesamaan diantara kami sebagai contoh bulan lahir, sama2 lahir dibulan november, dan menurut zodiak kami sama2 berzodiak scorpio, dalam artian menurut penelitian, org yg lahir dibulan november dan memiliki zodiak scorpio itu wataknya pencemburu dll, Bberapa org menyebut saya tidak akan cocok bersama calon saya, Karena memiliki kesamaan dalam segi watak dll.. Sedangkan saya blm menemukan betul watak apa si calon ini tadi, Karena kami jg baru saja bertaaruf,. Yg saya tanyakan apakah betul jika saya melanjutkan hubungan saya dengan si calon saya hubungan kami akan berantakan, karena menurut penilitian watak org yg lahir dibulan november memiliki watak yg sama? Sungguh bimbang hati ini ya ustadz,. Mohon penjelasan’nya,. Apakah memang benar watak seseorg kebanyakn dilihat dr bulan lahir mereka?? Terimakasih.. Semoga berkenan menjawab.. Wassalam

Dari: Neena Mudz

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,

Kita telah memahami bersama bahwa zodiak, termasuk warisan bangsa yunani yang menyusup di lingkungan kaum muslimin. Mereka menyebutnya bagian dari ilmu astrologi, ilmu yang menghubungkan antara gerakan benda-benda tata surya (planet, bulan, dan matahari) dengan nasib manusia. Dikaranglah 12 nama rasi bintang berdasarkan rentang tanggal tertentu. Kemudian dikaitkan dengan hari kelahiran. Mereka buat-buat sendiri, dan digunakan untuk meramal takdir sendiri.

Islam tidak pernah mengajarkan idelogi semacam ini, menghubung-hubungkan sesuatu yang sama sekali tidak memiliki keterkaitan. Karena islam adalah agama yang rasional, yang memuliakan akal manusia. Sehingga semua doktrin yang tidak masuk akal, selain apa yang telah Allah tetapkan, tidak boleh dilestarikan.

Dalam kajian aqidah, ilmu astrologi, yang menghubungkan rasi bintang dengan karakter manusia dinamakan tanjim (ilmu nujum). Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ، اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ

"Siapa yang mempelajari ilmu nujum, berarti dia telah mempelajari sepotong bagian ilmu sihir. Semakin dia dalami, semakin banyak ilmu sihir pelajari." (HR. Ahmad 2000, Abu Daud 3905, Ibn Majah 3726, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).

Hadis ini menunjukkan ancaman terhadap mereka yang menggunakan astrologi sebagai acuan menebak karakter atau sifat, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mensejajarkan ilmu ini dengan ilmu sihir.

Zainuddin Al-Munawi mengatakan,

لأنه يحكم على الغيب الذي استأثره الله بعلمه فعلم تأثير النجوم باطل محرم

“Karena ilmu nujum isinya menebak-nebak hal yang ghaib, yang Allah rahasiakan. Maka ilmu tentang pengaruh bintang, adalah ilmu yang batil, hukumnya haram.” (Faidhul Qadir, 6/80)

Bahaya Membaca Zodiak

Zodiak..zodiak… nampaknya sepele, ternyata membawa petaka aqidah manusia. Para ulama mengharamkan keras zodiak. Sampaipun hanya sebatas membaca untuk iseng, hukumnya terlarang dan mengancam tidak diterima shalatnya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan,

مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (HR. Muslim no. 2230).

Syaikh Sholih Alu Syaikh -hafizhohullah- mengatakan, “Jika seseorang membaca halaman suatu koran yang berisi zodiak yang sesuai dengan tanggal kelahirannya atau zodiak yang dia anggap cocok, maka ini layaknya seperti mendatangi dukun. Akibatnya cuma sekedar membaca semacam ini adalah tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari. Sedangkan apabila seseorang sampai membenarkan ramalan dalam zodiak tersebut, maka ia berarti telah kufur terhadap Al Qur’an yang telah diturunkan pada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat At Tamhid Lisyarh Kitabit Tauhid oleh Syaikh Sholih Alu Syaikh pada Bab “Maa Jaa-a fii Tanjim”, hal. 349)

Kemudian, jika sampai diyakini kebenarannya, menyebabkan dirinya keluar dari islam. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan melalui sabdanya,

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (HR. Ahmad no. 9532, hasan)

Sama Zodiak Beda Karakter

Di alam ini ada milyaran manusia. Ada yang menjadi nabi, rasul, orang bertaqwa, orang biasa, orang bejat, dan bahkan gembong orang bejat. Dan kita sangat yakin, dari milyaran itu, dipastikan ada banyak orang yang zodiaknya sama, sekalipun karakternya berlawanan. Menurut keterangan Muhammad Sulaiman Al-Mansurfury dan ahli astronomi Mahmud Basya, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada sekitar tanggal 20 atau 22 april tahun 571 M.

Kita sangat yakin ada banyak orang kafir bahkan mungkin penjahat yang bulan lahirnya sama dengan beliau atau bahkan tanggal lahirnya berdekatan dengan tanggal lahir beliau. Padahal karakter mereka tidak bisa dibandingkan.

Kita juga sangat yakin ada banyak kaum muslimin yang tanggal lahirnya mendekati tanggal lahir Firaun, Haman, Qarun, Abu Lahab atau Abu Jahal. Namun meskipun sama zodiak, wataknya jauh berbeda.

Ambil yang Terbaik dan Tawakkal kepada Allah

Tidak ada manusia yang tahu tentang keadaan hidupnya. Karena itu, yang bisa dia lakukan adalah tawakal, dengan berusaha mengambil terbaik sesuai aturan dan berharap kepada Allah agar mewujudkan tujuan baik itu atau memberikan yang lebih baik. Prinsip seperti inilah yang pernah dipesankan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabdanya,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ

”Bersemangatlah untuk meraih apa yang bermanfaat, dan minta tolonglah kepada Allah, dan jangan putus asa.” (HR. Ahmad 8791, Muslim 2664, Ibn Majah 79, dan yang lainnya).

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)


Artikel: www.KonsultasiSyariah.com

9.02.2013

Waktu Laksana Pedang


Benarlah kata orang, waktu laksana pedang. Jika kita tidak mampu memanfaatkannnya, waktu sendiri yang akan menebas kita. Semangatlah dalam memanfaatkan waktu luang Anda dalam kebaikan, bukan dalam maksiat. Karena jika kita tidak disibukkan dalam kebaikan, tentu kita akan beralih pada hal-hal yang sia-sia yang tidak ada manfaat.
Tidak Mampu Menghitung Nikmat Allah

Sungguh telah banyak nikmat yang telah dianugerahkan Allah Ta’ala kepada kita. Jika kita mencoba untuk menghitung nikmat tersebut niscaya kita tidak akan mampu untuk menghitungnya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak mampu untuk menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (ni’mat Allah).” (QS Ibrahim [14] : 34)

Dalam Taisir Al Karimir Rahman, Syaikh As Sa’di mengatakan, “Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak mampu untuk menghitungnya” maka lebih-lebih lagi untuk mensyukuri nikmat tersebut. “Sungguh manusia benar-benar zholim dan kufur”. Itulah tabiat manusia di mana : (1) dia zholim dengan melakukan maksiat, (2) kurang dalam menunaikan hak Rabbnya, dan (3) kufur terhadap nikmat Allah Ta’ala. Dia tidak mensyukurinya, tidak pula mengakui nikmat tersebut kecuali bagi siapa yang diberi hidayah oleh Allah untuk mensyukuri nikmat tersebut dan mengakui hak Rabbnya serta menegakkan hak tersebut.”

Kenikmatan yang Terlupakan

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu luang merupakan salah satu di antara dua kenikmatan yang telah diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Tetapi sangat disayangkan, banyak di antara manusia yang melupakan hal ini dan terlena dengannya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (Muttafaqun ‘alaih)

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari membawakan perkataan Ibnu Baththol. Beliau mengatakan,”Makna hadits ini adalah bahwa seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang mendapatkan seperti ini, maka bersemangatlah agar tidak tertipu dengan lalai dari bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Di antara bentuk syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi larangan. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, dialah yang tertipu.”

Ibnul Jauzi dalam kitab yang sama mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun dia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dalam aktivitas dunia. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun dia dalam keadaan sakit. Apabila tergabung kedua nikmat ini, maka akan datang rasa malas untuk melakukan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).

Itulah manusia. Banyak yang telah terbuai dengan kenikmatan ini. Padahal setiap nikmat yang telah Allah berikan akan ditanyakan. Allah Ta’ala berfirman,

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

“Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan (yang kamu bermegah-megahan di dunia itu)”. (QS At Takaatsur [102] : 8)

Waktu yang Telah Berlalu Tak Mungkin Kembali Lagi

Penyesalan terhadap waktu yang telah berlalu adalah penyesalan yang tinggal penyesalan. Ingatlah, waktu yang sudah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi.

الوقت أنفاس لا تعود

“Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”

Syaikh ‘Abdul Malik Al Qosim berkata, “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.” (Lihat risalah “Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud”, hal. 3)

Hendaknya kita sadar bahwa waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi seorang hamba. Sungguh disayangkan jika waktu belalu begitu saja tanpa digunakan untuk melakukan ketaatan dan beribadah kepada Allah Ta’ala yang telah banyak memberikan nikmat kepada kita.

Waktu Laksana Pedang

Jika kita tidak pandai menggunakan pedang, niscaya pedang tersebut akan menebas diri kita sendiri. Demikian juga waktu yang telah diberikan oleh Allah Ta’ala. Jika kita tidak mampu memanfaatkannya untuk berbuat ketaatan kepada-Nya, niscaya waktu akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.

Dalam kitab Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qayyim disebutkan bahwa Imam Syafi’i pernah mendapatkan pelajaran dari orang sufi. Inti nasehat tersebut terdiri dari dua penggalan kalimat berikut:

الوقت كالسيف فإن قطعته وإلا قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل

“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan jika dirimu tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.”

Saudaraku, senantiasalah engkau meminta pada Allah kebaikan pada hari ini dan hari besok karena hanya orang yang mendapatkan taufik dan pertolongan Allah Ta’ala yang dapat selamat dari tebasan pedang waktu.

Ibnu Mas’ud berkata,

ﻣﺎ ﻧﺪﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻧﺪﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻡ ﻏﺮﺑﺖ ﴰﺴﻪ ﻧﻘﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﱂ ﻳﺰﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻤﻠﻲ.

“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.”

Al Hasan Al Bashri berkata,

ﻣﻦ ﻋﻼﻣﺔ ﺇﻋﺮﺍﺽ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﺃﻥ ﳚﻌﻞ ﺷﻐﻠﻪ  ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻪ ﺧﺬﻻﻧﺎﹰ ﻣﻦ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ

“Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya.”

Semoga dengan nasehat sederhana ini membuat kita semakin sadar akan memanfaatkan waktu dalam kebaikan. Wallahu waliyyut taufiq.



Tulisan lawas di Jogja dan dipoles ulang @ Sakan 27, KSU, Riyadh KSA, 16 Syawal 1433 H

Artikel: www.rumaysho.com

8.28.2013

Tujuan Pernikahan Dalam Islam





Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

1. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk memenuhi kebutuhan ini adalah dengan ‘aqad nikah (melalui jenjang pernikahan), bukan dengan cara yang amat kotor dan menjijikkan, seperti cara-cara orang sekarang ini; dengan berpacaran, kumpul kebo, melacur, berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang dan diharamkan oleh Islam.

2. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur dan untuk Menundukkan Pandangan.
Sasaran utama dari disyari’atkannya pernikahan dalam Islam di antaranya adalah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan kotor dan keji, yang dapat merendahkan dan merusak martabat manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pem-bentukan keluarga sebagai sarana efektif untuk me-melihara pemuda dan pemudi dari kerusakan, dan melindungi masyarakat dari kekacauan.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ.
“Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih membentengi farji (kemaluan). Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum (puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya.”[1]

3. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
Dalam Al-Qur-an disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya thalaq (perceraian), jika suami isteri sudah tidak sanggup lagi menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla dalam ayat berikut:

الطَّلَاقُ مَرَّتَانِ ۖ فَإِمْسَاكٌ بِمَعْرُوفٍ أَوْ تَسْرِيحٌ بِإِحْسَانٍ ۗ وَلَا يَحِلُّ لَكُمْ أَنْ تَأْخُذُوا مِمَّا آتَيْتُمُوهُنَّ شَيْئًا إِلَّا أَنْ يَخَافَا أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا فِيمَا افْتَدَتْ بِهِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعْتَدُوهَا ۚ وَمَنْ يَتَعَدَّ حُدُودَ اللَّهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Thalaq (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan isteri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh isteri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zhalim.” [Al-Baqarah : 229]

Yakni, keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syari’at Allah ‘Azza wa Jalla. Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup menegakkan batas-batas Allah ‘Azza wa Jalla. Sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Baqarah, lanjutan ayat di atas:

فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلَا تَحِلُّ لَهُ مِنْ بَعْدُ حَتَّىٰ تَنْكِحَ زَوْجًا غَيْرَهُ ۗ فَإِنْ طَلَّقَهَا فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا أَنْ يَتَرَاجَعَا إِنْ ظَنَّا أَنْ يُقِيمَا حُدُودَ اللَّهِ ۗ وَتِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ يُبَيِّنُهَا لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
“Kemudian jika dia (suami) menceraikannya (setelah thalaq yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya sebelum dia menikah dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (suami pertama dan bekas isteri) untuk menikah kembali jika keduanya berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah ketentuan-ketentuan Allah yang diterangkan-Nya kepada orang-orang yang berpengetahuan.” [Al-Baqarah : 230]

Jadi, tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami isteri melaksanakan syari’at Islam dalam rumah tangganya. Hukum ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syari’at Islam adalah wajib. Oleh karena itu, setiap muslim dan muslimah yang ingin membina rumah tangga yang Islami, maka ajaran Islam telah memberikan beberapa kriteria tentang calon pasangan yang ideal, yaitu harus kafa-ah dan shalihah.

a. Kafa-ah Menurut Konsep Islam
Pengaruh buruk materialisme telah banyak menimpa orang tua. Tidak sedikit orang tua, pada zaman sekarang ini, yang selalu menitikberatkan pada kriteria banyaknya harta, keseimbangan kedudukan, status sosial dan keturunan saja dalam memilih calon jodoh putera-puterinya. Masalah kufu’ (sederajat, sepadan) hanya diukur berdasarkan materi dan harta saja. Sementara pertimbangan agama tidak mendapat perhatian yang serius.
Agama Islam sangat memperhatikan kafa-ah atau kesamaan, kesepadanan atau sederajat dalam hal per-nikahan. Dengan adanya kesamaan antara kedua suami isteri itu, maka usaha untuk mendirikan dan membina rumah tangga yang Islami -insya Allah- akan terwujud. Namun kafa-ah menurut Islam hanya diukur dengan kualitas iman dan taqwa serta akhlak seseorang, bukan diukur dengan status sosial, keturunan dan lain-lainnya. Allah ‘Azza wa Jalla memandang derajat seseorang sama, baik itu orang Arab maupun non Arab, miskin atau kaya. Tidak ada perbedaan derajat dari keduanya melainkan derajat taqwanya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” [Al-Hujuraat : 13]

Bagi mereka yang sekufu’, maka tidak ada halangan bagi keduanya untuk menikah satu sama lainnya. Wajib bagi para orang tua, pemuda dan pemudi yang masih berorientasi pada hal-hal yang sifatnya materialis dan mempertahankan adat istiadat untuk meninggalkannya dan kembali kepada Al-Qur-an dan Sunnah Nabi yang shahih, sesuai dengan sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ ِلأَرْبَعٍِ: لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.
“Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang taat agamanya (ke-Islamannya), niscaya kamu akan beruntung.” [2]

Hadits ini menjelaskan bahwa pada umumnya seseorang menikahi wanita karena empat hal ini. Dan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih yang kuat agamanya, yakni memilih yang shalihah karena wanita shalihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia, agar selamat dunia dan akhirat.
Namun, apabila ada seorang laki-laki yang memilih wanita yang cantik, atau memiliki harta yang melimpah, atau karena sebab lainnya, tetapi kurang agamanya, maka bolehkah laki-laki tersebut menikahinya? Para ulama membolehkannya dan pernikahannya tetap sah.

Allah menjelaskan dalam firman-Nya:
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula). Sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula)…” [An-Nuur : 26]

b. Memilih Calon Isteri Yang Shalihah
Seorang laki-laki yang hendak menikah harus memilih wanita yang shalihah, demikian pula wanita harus memilih laki-laki yang shalih. 

Menurut Al-Qur-an, wanita yang shalihah adalah:
فَالصَّالِحَاتُ قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ 
“…Maka perempuan-perempuan yang shalihah adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (me-reka)…” [An-Nisaa’ : 34]

Lafazh قَانِتَاتٌ dijelaskan oleh Qatadah, artinya wanita yang taat kepada Allah dan taat kepada suaminya.[3]

Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ.
“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.” [4]

Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النِّسَاءِ الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلاَ تُخَالِفُهُ فِيْ نَفْسِهَا وَلاَ مَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ.
“Sebaik-baik wanita adalah yang menyenangkan suami apabila ia melihatnya, mentaati apabila suami menyuruhnya, dan tidak menyelisihi atas diri dan hartanya dengan apa yang tidak disukai suaminya.” [5]

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيْءُ، وَأَرْبَعٌ مِنَ الشَّقَاوَةِ: اَلْجَارُ السُّوْءُ، وَالْمَرْأَةُ السُّوْءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ، وَالْمَرْكَبُ السُّوْءُ.
“Empat hal yang merupakan kebahagiaan; isteri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang merupakan kesengsaraan; tetangga yang jahat, isteri yang buruk, tempat tinggal yang sempit, dan kendaraan yang jelek.” [6]

Menurut Al-Qur-an dan As-Sunnah yang shahih, dan penjelasan para ulama bahwa di antara ciri-ciri wanita shalihah ialah :
1. Taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya, 
2. Taat kepada suami dan menjaga kehormatannya di saat suami ada atau tidak ada serta menjaga harta suaminya,
3. Menjaga shalat yang lima waktu,
4. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan,
5. Memakai jilbab yang menutup seluruh auratnya dan tidak untuk pamer kecantikan (tabarruj) seperti wanita Jahiliyyah. [7] 
6. Berakhlak mulia,
7. Selalu menjaga lisannya,
8. Tidak berbincang-bincang dan berdua-duaan dengan laki-laki yang bukan mahramnya karena yang ke-tiganya adalah syaitan,
9. Tidak menerima tamu yang tidak disukai oleh suaminya,
10. Taat kepada kedua orang tua dalam kebaikan,
11. Berbuat baik kepada tetangganya sesuai dengan syari’at.

Apabila kriteria ini dipenuhi -insya Allah- rumah tangga yang Islami akan terwujud.
Sebagai tambahan, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih wanita yang subur (banyak keturunannya) dan penyayang agar dapat melahirkan generasi penerus ummat.

4. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk mengabdi dan beribadah hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini, rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadahan dan amal shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang lain, bahkan berhubungan suami isteri pun termasuk ibadah (sedekah).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
…وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيَأْتِي أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُوْنُ لَهُ فِيْهَا أَجْرٌ؟ قَالَ: أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِي حَرَامٍ، أَكَانَ عَلَيْهِ فِيْهَا وِزْرٌ؟ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِي الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ.
“… Seseorang di antara kalian bersetubuh dengan isterinya adalah sedekah!” (Mendengar sabda Rasulullah, para Shahabat keheranan) lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah salah seorang dari kita melampiaskan syahwatnya terhadap isterinya akan mendapat pahala?” Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Bagaimana menurut kalian jika ia (seorang suami) bersetubuh dengan selain isterinya, bukankah ia berdosa? Begitu pula jika ia bersetubuh dengan isterinya (di tempat yang halal), dia akan memperoleh pahala.” [8]

5. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih
Tujuan pernikahan di antaranya adalah untuk memperoleh keturunan yang shalih, untuk melestarikan dan mengembangkan bani Adam, sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا وَجَعَلَ لَكُمْ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ بَنِينَ وَحَفَدَةً وَرَزَقَكُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَتِ اللَّهِ هُمْ يَكْفُرُونَ
“Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” [An-Nahl : 72]

Yang terpenting lagi dalam pernikahan bukan hanya sekedar memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi yang berkualitas, yaitu mencari anak yang shalih dan bertaqwa kepada Allah. 

Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:
وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ 
“…Dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah bagimu (yaitu anak).” [Al-Baqarah : 187]

Abu Hurairah, Ibnu ‘Abbas dan Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhum, juga Imam-Imam lain dari kalangan Tabi’in menafsirkan ayat di atas dengan anak.[9]
Maksudnya, bahwa Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk memperoleh anak dengan cara ber-hubungan suami isteri dari apa yang telah Allah tetapkan untuk kita. Setiap orang selalu berdo’a agar diberikan keturunan yang shalih. Maka, jika ia telah dikarunai anak, sudah seharusnya jika ia mendidiknya dengan benar.
Tentunya keturunan yang shalih tidak akan diperoleh melainkan dengan pendidikan Islam yang benar. Hal ini mengingat banyaknya lembaga pendidikan yang berlabel Islam, tetapi isi dan caranya sangat jauh bahkan menyimpang dari nilai-nilai Islami yang luhur. Sehingga banyak kita temukan anak-anak kaum muslimin yang tidak memiliki akhlak mulia yang sesuai dengan nilai-nilai Islam, disebabkan karena pendidikan dan pembinaan yang salah. Oleh karena itu, suami maupun isteri bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, dan mengarahkan anak-anaknya ke jalan yang benar, sesuai dengan agama Islam.
Tentang tujuan pernikahan, Islam juga memandang bahwa pembentukan keluarga itu sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan-tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan yang akan mempunyai pengaruh besar dan mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi ummat Islam
[Disalin dari buku Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa Bogor - Jawa Barat, Cet Ke II Dzul Qa’dah 1427H/Desember 2006]
_______
Footnote
[1]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (I/424, 425, 432), al-Bukhari (no. 1905, 5065, 5066), Muslim (no. 1400), at-Tirmidzi (no. 1081), an-Nasa-i (VI/56, 57), ad-Darimi (II/132) dan al-Baihaqi (VII/ 77), dari Shahabat ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu.
[2]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5090), Muslim (no. 1466), Abu Dawud (no. 2047), an-Nasa-i (VI/68), Ibnu Majah (no. 1858), Ahmad (II/428), dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu.
[3]. Tafsiir Ibnu Jarir ath-Thabari (IV/62, no. 9320).
[4]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1467), an-Nasa-i (VI/69), Ahmad (II/168), Ibnu Hibban (no. 4020 -at-Ta’liqaatul Hisaan) dan al-Baihaqi (VII/80) dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma.
[5]. Hadits hasan: Diriwayatkan oleh an-Nasa-i (VI/68), al-Hakim (II/161) dan Ahmad (II/251, 432, 438), dari Shahabat Abu Hurairah radhi-yallaahu ‘anhu. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 1838).
[6]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban (no. 4021 -at-Ta’liiqatul Hisaan ‘ala Shahiih Ibni Hibban) dari hadits Sa’ad bin Abi Waqqash secara marfu’. Lihat Silsilah ash-Shahiihah (no. 282).
[7]. Lihat surat Al-Ahzaab (33) ayat 33.
[8]. Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1006), al-Bukhari dalam al-Adaabul Mufrad (no. 227), Ahmad (V/167, 168), Ibnu Hibban (no. 4155 -at-Ta’liiqatul Hisaan) dan al-Baihaqi (IV/188), dari Abu Dzarr radhiyallaahu ‘anhu.
[9]. Tafsiir Ibnu Katsir (I/236), cet. Darus Salam.

Link : http://almanhaj.or.id/content/3232/slash/0/tujuan-pernikahan-dalam-islam/

6.19.2013

Siapakah Yang Menciptakan Kemiskinan ?

Isi titik-titik di bawah ini (mohon dijawab dengan jujur di dalam hati kita masing-masing).

1. Allah menciptakan TERTAWA dan ...
2. Allah itu MEMATIKAN dan ...
3. Allah menciptakan LAKI-LAKI dan ...
4. Allah memberikan KEKAYAAN dan ...

Mayoritas kita akan menjawab,
1. MENANGIS
2. MENGHIDUPKAN
3. PEREMPUAN
4. KEMISKINAN

Untuk mengetahui apakah jawaban di atas itu benar atau tidak, mari kita cocokkan jawaban tersebut dengan rangkaian firman Allah سبحانه وتعالى dalam surat An-Najm (53), ayat: 43-45, dan 48, sebagai berikut :

وَأَنَّهُ هُوَ أَضْحَكَ وَأَبْكَى
"dan Dia-lah yang menjadikan orang TERTAWA dan MENANGIS." (QS. 53:43).

وَأَنَّهُ هُوَ أَمَاتَ وَأَحْيَا
"dan Dia-lah yang MEMATIKAN dan MENGHIDUPKAN." (QS. 53:44).

وَأَنَّهُ خَلَقَ الزَّوْجَيْنِ الذَّكَرَ وَالْأُنثَى
"dan Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan LAKI-LAKI dan PEREMPUAN. " (QS. 53:45).

وَأَنَّهُ هُوَ أَغْنَى وَأَقْنَى
"dan Dia-lah yang memberikan KEKAYAAN dan KECUKUPAN." (QS. 53:48).

Ternyata jawaban kita umumnya BENAR hanya pada no. 1-3.

Tapi, Jawaban kita untuk no. 4 umumnya KELIRU.

Jawaban Allah سبحانه وتعالى dalam Al-Qur'an bukan KEMISKINAN, tapi KECUKUPAN.
Subhanallah...

Sesungguhnya Allah سبحانه وتعالى hanya memberikan KEKAYAAN dan KECUKUPAN kepada hamba-Nya.

Dan ternyata yang "menciptakan" KEMISKINAN adalah diri kita sendiri. Hal ini bisa karena ketidakadilan ekonomi, kemalasan, panjang angan-angan, melupakan sunnatullah bahwa siapa yang bersungguh-sungguh akan mendapatkan apa yang diusahakannya, bisa juga karena kemiskinan itu kita bentuk di dalam pola pikir kita sendiri.

Itulah hakikatnya, mengapa orang-orang yang senantiasa bersyukur; walaupun hidup sepintas nampak pas-pasan ia akan tetap tersenyum dan merasa cukup, bukan merasa miskin.

Jadi, marilah kita bangun rasa keberlimpahan dan berikhtiar dengan ikhlas dan kecukupan di dalam hati dan pikiran kita.

Salam SEMANGAT, SUKSES Dan BAHAGIA

Baarakallahu fiikum.


Source

4.29.2013

Sepuluh Cara Agar Bisa Mencintai Allah

 
Ibnul Qayyim menyebutkan 10 cara agar bisa mencintai Allah:

1. Membaca Al Qur'an, mentadabburi, dan memahami makna-maknanya.

2. Bertaqarrub kepada Allah dengan mengamalkan amal-amal yang sunnah.

3. Selalu berdzikir kepada Allah di setiap keadaan, dengan lisan, hati dan amal.

4. Lebih mementingkan apa yang dicintai oleh Allah di atas yang dicintai oleh hamba ketika bertabrakan.

5. Menyelami nama-nama Allah dan sifatNya serta pengaruh dan kesempurnaan yang ditunjukkan olehnya.

6. Memikirkan nikmat-nikmat Allah yang bersifat lahiriyah dan batiniyah. Serta menyaksikan kebaikan-kebaikaNya kepada hambaNya.

7. Menundukkan hati di hadapan Allah dan selalu merasa faqir kepadaNya.

8. Bermunajat kepada Allah di saat sepertiga malam terakhir dengan shalat, membaca alqur'an dan istighfar.

9. Bershahabat dengan orang-orang shalih dan mengambil faidah dari mereka.

10. Menjauhi semua yang menghalangi hati dari Allah.

(Madarijussalikin 3/17, diambil dari kitab Al Irsyad ilaa shahihil I'tiqad hal 79-80 karya Syaikh Shalih Fauzan)

Ustadz Badrussalam Hafizhahullah

4.07.2013

10 Kisah Seputar Al-Quran


Kisah pertama: Ingin memalsukan Al-Quran, tetapi malah masuk Islam
Allah Subhanahu wa ta'ala berjanji didalam al-Quran, bahwa Dia akan menjaga al-Quran. firman-Nya:
إنّانحن نزّلنا الذّكر وإنّا له لحفظون
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar - benar memeliharanya." [al-Quran surat Al-Hijr ayat 9]

Imam al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan kisah menarik yang berhubungan dengan pemeliharaan al-Quran didalam kitab Tafsir nya (10/5,6)

Berikut kisah nya :

Khalifah Al-Ma'mun (adalah) seorang kepala negara yang memiliki sebuah majelis diskusi. Kemudian sejumlah orang yang berpakaian bagus, berwajah tampan, dan bertubuh wangi masuk kedalam majelis tersebut, ia ikut berbicara. Pembicaraan nya sangat bagus dan gaya bicaranya indah.
Ketika majelis tersebut selesai, Khalifah Al-Ma'mun memanggilnya dan bertanya kepadanya : "Apakah kamu orang Israil?"
Ia menjawab : "Ya"
Al-Ma'mun kemudian berkata kepadanya : "Masuklah kedalam agama Islam, agar aku bisa berbuat sesuatu kepadamu.!"
Ia lalu memanjanjikan sesuatu kepadanya. Tetapi orang itu menjawab : "Agamaku adalah agama nenek moyangku." Ia kemudian pergi

Setelah setahun kemudian, ia datang lagi dalam keadaan telah memeluk agama Islam. Ia mahir dan sangat pintar dalam masalah fikih, terlihat dari tema pembicaraan nya.
Ketika majelis telah selesai, Ma'mun memanggilnya dan berkata : "Bukankah kamu dulu pernah datang?"
Ia menjawab : "Ya, benar"
Khalifah Al-Ma'mun bertanya lagi : "Apa yang menyebabkan mu memeluk agama Islam?" Ia pun bercerita :

Katanya : "Ketika aku pergi dari hadapan yang mulia, aku bermaksud menguji kebenaran agama - agama ini. Padahal baginda saat itu memandangku orang baik. Aku kemudian mencari Taurat dan menulis tiga naskah salinan nya. Aku menambahkan dan mengurangi isinya. Aku kemudian menawarkan nya ke biara (rumah ibadah yahudi) dan mereka membeli ketiga naskah tersebut dariku.

Setelah itu aku mengambil Injil dan menulis tiga naskah salinan nya. Aku menambah dan mengurangi isinya. Lalu aku masuk kedalam gereja (rumah ibadah nasrani) dan mereka pun membeli ketiga naskah itu dariku.

Aku kemudian mengambil al-Quran dan membuat tiga naskah salinan nya. Aku menambah dan mengurangi isinya. Kemudian aku masukkan ke tempat penjual kertas, mereka (penjual kertas yang muslim itu) membolak balik lembaran nya. Ketika mereka mendapatkan ada tambahan dan kekurangan padanya, mereka membuangnya dan tidak mau membelinya. Dari situ aku tahu bahwa al-Qur'an ini terjaga. Dan itulah yang menyebabkan aku masuk Islam."

[At-Tafsir An-Nabawi li Al-Quran, Salman Fahd Audah. Terjemahan nya Bagaimana Nabi dan Sahabat Menafsirkan al-Quran hal 19-20. cet Pustaka Azzam]

Demikianlah, salah satu kisah bagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala menjaga al-Quran melalui para penghafal al-Quran. 

Kisah Kedua: Wafat Karena al-Quran

Muhammad bin Basyar Al-Makki rahimahullah bercerita :

"Pada suatu hari kami pernah bersama Ali bin Al-Fudhail, kami melewati sebuah halaqah al-Quran yang gurunya sedang membaca firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
ليجزى الّذين أسئوا بما عملوا ويجزى الّذين أحسنوا بالحسنى
"(Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang - orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang - orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)." [al-Quran surat An-Najm ayat 31]

Maka Ali bin Al-Fudhail pada saat itu tersentak lalu pingsan. Kemudian datanglah Al-Fudhail -ayahnya- dan berkata : "Sungguh dia adalah orang yang meninggal karena al-Quran." Kemudian dia (al-Fudhail) membawanya.

Beberapa orang yang membawanya bercerita kepada ku (Muhammad bin Basyar) bahwasanya Al-Fudhail berkata tentang anaknya yakni Ali, bahwa pada hari itu tidak dapat melaksanakan shalat zhuhur, ashar, maghrib, dan shalat isya', karena ia belum sadar dari pingsan nya, dan ketika malam hari barulah beliau sadar lalu beliau mengerjakan shalat - shalat yang tertinggal oleh nya.

Al-Khatib berkata : "Beliau (Ali) meninggal sebelum ayahnya (Al-Fudhail) yaitu beberapa saat setelah mendengar ayat yang dibaca, maka dia pun pingsan lalu meninggal seketika itu juga. Ibrahim Basysyar berkata : "Ayat yang menyebabkan Ali bin Al-Fudhail meninggal dunia adalah ayat dalam surat al-An'aam :
ولو ترى إذ وقفوا على النّار . فقالو يليتنا نردّ
"Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata : "Seandainya kami dikembalikan (ke dunia...)" [al-Quran surat al-An'aam ayat 27]

Aku termasuk orang yang menshalatkan nya. Semoga Allah merahmatinya."

[100 Qishshah min Qashash Ash-Shalihin. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran, hal 154 - 155. karya Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

ٍSubhanallah... Alangkah Dahsyat al-Quran.
Bagaimana dengan kita..! Sudah kita memahami al-Quran dengan baik..?
Semoga Allah memudahkan kita didalam memahami ayat-ayatNya dan mengambil pelajaran dari kitab-Nya.

Kisah Ketiga: Ibu Berusia 65 tahun, Buta huruf Mampu Menghapal al-Quran selama 16 tahun.
 
Seorang ibu bernama Ummu Muhammad (Wadhha Ath-Tahyyar) berusia 65 tahun.

Ia bercerita : "Proses penyimakan yang terus menerus dan alat perekam merupakan dua karunia Allah yang mempunyai andil besar dalam mewujudkan keinginan ku untuk menghafal al-Quran al-Karim.

Perjalanan hidup ku bersama hafalan al-Quran telah berjalan 16 tahun lamanya, tetapi sungguh aku sangat merasa kebahagiaan yang hakiki khususnya ketika aku baru mulai menghafal al-Quran.

Diantara unsur penting yang dapat membantu dalam menghafal  adalah adanya niat yang jujur, ikhlas karena Allah semata, dan bersabar terhadap segala kesulitan. Sesungguhnya aku adalah seorang buta huruf yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga aku banyak mendapatkan kesulitan yang luar biasa diawalnya. Namun segala puji hanya milik Allah, aku menggunakan alat perekam dan meminta pertolongan seorang guru wanita untuk datang kerumahku membaca al-Quran kepada ku dan menyimak hafalanku setiap harinya. Tidak lupa pula bahwa motivasi anak-anak ku yang tiada hentinya merupakan dorongan bagi ku untuk meneruskan kegiatanku dalam menghafal.

Karena buta huruf, maka ketergantungan ku pada indra pendengaran merupakan hal yang paling utama bagi ku. Ini merupakan salah satu karunia Allah sebagai ganti dari sifat buta hurufku sehingga bisa mewujudkan impianku mengkhatamkan al-Quran selama 16 tahun di lingkungan ahli al-Quran. Aku memohon kepada Allah agar menjadikan ku termasuk hamba - hamba-Nya ahli Quran, karena al-Quran adalah cahaya bagi manusia sewaktu didalam kuburnya.

Akhir kata aku mengajak saudari - saudari ku untuk menghafal al-Quran karena sesungguhnya hal tersebut mudah dan ringan sekali bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala."

[Majalah Al-Usrah hal 15. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 132-133. Hamdan Hamud al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah, bagaimana dengan kita yang masih muda, apalagi -alhamdulillah- sebagian kita tidak buta huruf? Kemana waktu kita pergi dan habiskan?

Mulailah...bacalah, hafallah, dan ulangilah
 

Kisah Keempat: Singa pun Mendengarkan al-Quran dengan Khusyu'


Ahmad bin Thulun adalah salah seorang pemimpin Mesir Zaman dahulu dan juga merupakan seorang Ulama yang memiliki kedudukan yang mulia. Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan bin Ahmad bin Banan. Beliau rahimahullah pernah mendekam di penjara.

Penyabab dia dijebloskan ke penjara adalah karena dia dahulu pernah menemui salah seorang pejabat, lalu beliau mendakwahinya. Pejabat tersebut pun marah kepada beliau seperti orang yang pura - pura tidak mengetahui sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam : "Ada dua orang yang apabila dua orang ini baik, maka menjadi baiklah umat dan apabila buruk, maka akan menjadi buruklah umat tersebut yakni para ulama dan umara."

Pejabat itu marah dan hilanglah kesabaran nya lalu dia memerintahkan kepada para tentaranya : "Seretlah orang ini dan sodorkanlah dia kepada singa yang lapar. Kemudian kuncilah dia bersama singa tersebut dan biarkanlah dia hingga tubuhnya habis dimakan singa."

Ulama tersebut yakni Ahmad Thulun dimasukkan ke dalam penjara dengan Singa yang sedang kelaparan. Keesokan harinya, para penjaga penjara menemukan ulama tersebut sedang duduk dengan tenang dan nyaman sambil berdzikir mengingat Allah Ta'ala dan membaca ayat - ayat Al-Quran yang penuh berkah.

Mereka mendapati singa yang kemarin kelaparan tersebut sedang menundukkan kepalanya dengan tenang dan penuh kekhusyukan, menyimak ayat - ayat al-Quran (yang dibacakan).

Bagaimana bisa demikian? Ketahuilah karena sesungguhnya al-Quran itu adalah firman Allah Subhanahu wa ta'ala : Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : "Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun." [al-Quran surat az-Zumar ayat 23]

Kemudian bagaimana tidak? Yang telah menurunkan al-Quran itu adalah Allah Ta'ala yang telah berfirman : "Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir." [al-Quran surat al-Hasyr ayat 21]

['Ajaib al-Qishash hal 82. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 156-158. Hamdan Hamud Al-Hajiri]

Subhanallah... Jika Singa yang buas yang sedang kelaparan saja khusyu' mendengarkan al-Quran, lalu bagaimana dengan kita? Kita bisa membaca al-Quran, alhamdulillah. Tapi sudah kah kita khusyu' dan mengambil pelajaran dari al-Quran?

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? [al-Qamar ayat 17, 22, 32, 40]


Kisah Kelima: Menghafal al-Quran ketika menunggu Sidang
 

Syaikh DR.Yahya bin Abdurrazzaq al-Ghautsani bercerita :

"Kisah unik lain yang saya dengar juga adalah para tahanan di salah satu penjara tidak ada yang memiliki mushaf al-Quran. Oleh karena itu, masing masing dari mereka (para narapidana) mendiktekan hafalan al-Quran yang dia miliki kepada narapidana lain nya, sehingga semua narapidana dapat menghafal seluruh al-Quran (tanpa mushaf). Kecuali halaman terakhir dari surat Al-Anfaal. Sebab tidak ada seorang pun dari mereka yang menghafalnya. Hal ini sangat merisaukan mereka. Hingga akhirnya, ketika tiba giliran persidangan salah seorang dari mereka, dan ia keluar menuju lorong pengadilan untuk menunggu giliran, maka hal yang pertama yang ia (salah seorang narapidana) lakukan adalah mencari orang yang menghafal penghujung surat al-Anfaal.

Secara kebetulan ia mendapatkan nya diantara orang - orang yang hadir disitu. Lalu orang itupun mendiktekan hafalan nya kepada nya (yakni nara pidana tadi) dengan cara berbisik. Kemudian ia pun kembali kepada teman - teman nya dengan membawa hadiah yang paling berharga.

Sekembalinya ke penjara, mereka (nara pidana) lain nya langsung berkerumun disekelilingnya, lalu ia mendiktekan (halaman terakhir dari surat al-Anfaal) kepada yang lain nya. Ternyata mereka langsung dapat menghafalnya sejak pertama kali mendengarnya, seperti layaknya surat al-Fatihah."

[Cara Mudah dan Cepat Menghafal al-Quran hal 202-203, DR.Yahya bin Abdurrazzaq al-Ghautsani. cet Pustaka Imam Syafi'i. judul asli nya Kaifa Tahfazhul Quran al-Karim]

Subhanallah, begitu semangatnya para narapidana ini dalam menghafal al-Quran.
Bagaimana dengan kita?

Kisah Keenam: Seorang Penyanyi Menjadi Seorang Qari' al-Quran

Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu'anhu : "Bahwa pada suatu hari, beliau melewati suatu tempat pada arah Kufah, tiba - tiba beliau mendapati sekumpulan orang - orang fasik yang sedang meminum khamr. Diantara mereka, ada seorang penyanyi yang bernama Radzan yang bernyanyi sambil memainkan alat musik, dan memiliki suara yang indah. Kemudian ketika Abdullah bin Mas'ud mendengar suaranya ia berkata : "Aduhai alangkah indahnya suara ini seandainya digunakan untuk membaca al-Quran." Kemudian Abdullah bin Mas'ud menutupi kepalanya dengan kain nya dan berlalu.

Ketika Radzan mendengar ucapan Ibnu Mas'ud (secara sayup-sayup), ia pun bertanya kepada teman - teman nya : "Siapakah orang ini?" Maka teman - teman nya menjawab : "Dia adalah Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu'anhu, dia adalah sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam."

Kemudian ia (Radzan) bertanya lagi : "Apa yang ia katakan tadi?"

Lantas mereka menjawab : "Sesungguhnya ia tadi berkata : "Aduhai alangkah indahnya suara ini seandainya digunakan untuk membaca al-Quran."

Kemudian tersentuhlah hati Radzan dengan ucapan tersebut, lalu ia pun melempar Al-'Ud (semacam alat musik jenis kecapi) ketanah dan menghancurkan nya.

Kemudian ia bergegas mencari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu'anhu hingga ia menemuinya, lalu ia meletakkan sapu tangan dilehernya. Lantas ia menangis dihadapan Abduillah bin Mas'ud, maka Abdullah bin Mas'ud memeluknya dan menangislah mereka berdua.

Kemudian Abdullah berkata : "Bagaimana aku tidak mencintai orang yang Allah Ta'ala telah mencintainya (karena bertaubat)." Ia pun bertaubat dari dosanya dan senantiasa mengikuti pelajaran Abdullah bin Mas'ud. Sehingga ia pun mendapatkan banyak manfaat dari al-Quran serta ilmu darinya, yang pada akhirnya hal tersebut menjadikan nya seorang Imam dalam bidang ilmu." 


[Qaidul Awabid hal 20. Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran, hal 168-169. Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah...

Sangat jarang sekali yang ada seperti ini pada zaman ini. Bahkan yang banyak terjadi adalah orang yang dianggap ustadz, menjadi seorang Penyanyi. La Haula wa La Quwata Ilaa Billah -semoga Allah memberi hidayah kepada mereka-.

Kisah Ketujuh: "Aku membenci al-Quran, dan Al-Quran pun meninggalkan diri ku."

Syaikh Muhammad Ya'qub berkata :

"Aku pernah duduk bersama seseorang yang termasuk dari kalangan konglomerat yang ternama. Kemudian ia bercerita kepada ku : "Wahai Syaikh, apakah engkau mengetahui bahwa dahulu aku pernah menghafal al-Quran Al-Karim seluruhnya. Hal itu karena dahulu orangtuaku selalu memaksaku untuk menghafalnya hingga akhirnya aku pun dapat menghafalkan nya. Namun, aku sebenarnya tidak mencintai al-Quran sedikitpun. La Haula wa La Quwata Ila Billah, justru yang aku rasakan al-Quran adalah kesedihan bagi hatiku.

Aku seringkali berangan - angan agar aku bisa mengendarai mobil, kemudian aku dapat tinggal di villa dan memiliki sebuah pabrik. Aku tidak menginginkan al-Quran, aku ingin menjadi kaya, aku ingin menjadi raja dan aku ingin.... aku ingin... aku ingin..."

Kemudian laki - laki itu melanjutkan ceritanya : "Pada suatu malam, aku bermimpi dan ku lihat dalam mimpiku sebuah hal yang aneh. Aku memegang mushaf dan mendekapnya ke dadaku dengan erat dan penuh rasa cinta, kemudian datanglah seorang laki laki dan beliau mengambil al-Quran dariku dengan kasar dan kuat.

Pada pagi harinya, aku tidak dapat mengingat al-Quran walaupun satu huruf sekalipun. Kemudian aku meneruskan pendidikan ku ke jenjang perguruan tinggi jurusan bisnis. Setelah itu semua, Allah membukakan bagiku dunia berupa harta dan benda yang berlimpah.

Demi Allah, Demi Allah, aku tidak perlu berdusta. Sungguh telah berlalu 10 tahun lamanya, sementara aku kini berusia 68 tahun, aku tidak dapat merasakan nikmatnya tidur, kecuali setelah badanku terasa lelah karena menangis dan meratap, menyesali diriku dengan apa yang telah aku lakukan terhadap al-Quran. Sekarang wahai Syaikh, aku tidak mampu menghafal al-Quran walaupun hanya satu ayat saja dan yang lebih parahnya lagi aku tidak mampu membaca walaupun hanya satu ayat. La Haula wa La Quwata Ilaa Billah." 


[Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 166-167, Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Siapa yang membenci al-Quran, maka Allah Subhanahu wa ta'ala tidak membutuhkan nya?

“Ambilah ibarat (pelajaran dari kejadian itu) hai orang-orang yang mempunyai pandangan”. (Al-Hasyr : 2)

Kisah Kedelapan: "Ku Robek Al-Quran, Al-Quran pun Merobek Hidup ku."

Imam Al-Mawardi rahimahullah menceritakan didalam kitab nya Adab Ad-Din wa Ad-Dunya bahwasanya Al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik pada suatu hari bermain - main dengan mushaf al-Quran sebelum ia keluar dari rumahnya, maka dia membuka mushaf, terbukalah firman Allah Subahanhu wa ta'ala  :
واستفتحوا وخاب كلّ جبّار عنيد
"Dan mereka memohon diberi kemenangan dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang - wenang lagi keras kepala." [al-Quran surat Ibrahim ayat 15]

Kemudian ia merobek - robek mushaf al-Quran tersebut dan berkata : "Apakah engkau mengancam setiap orang yang keras kepala lagi pembangkang?

Inilah aku orang yang keras kepala lagi pembangkang. Apabila engkau mendatangi Rabbmu pada hari kiamat nanti, Katakanlah : "Wahai Rabbku, sesungguhnya Walid telah merobek - robek ku."

Beberapa hari kemudian, Allah memberikan nya kematian dengan seburuk - buruk kematian. Kepalanya disalib di istana nya sendiri diatas pagar tertinggi di negerinya."


[Adab Ad-Din wa Ad-Dunya hal 307, Al-Marwadi. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran 172-173, Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah] 

Kisah Kesembilan: Menangis karena Satu Ayat al-Quran


Pada suatu malam, Muhammad bin Al-Munkadir rahimahullah melaksanakan shalat malam, kemudian beliau terus menerus menangis hingga membuat keluarganya merasa khawatir terhadap nya.

Mereka pun bertanya kepadanya. "Apa yang menyebabkan mu menangis?" Namun beliau terdiam dan terus menerus menangis. Kemudian keluarganya mengirim utusan kepada Abu Hazim untuk memberi tahu keadaan nya. Oleh karena itu, datanglah Abu Hazim dan mendapati beliau sedang menangis, lantas dia (Abu Hazim) bertanya kepada nya (Muhammad bin Al-Munkadir) : "Wahai saudaraku, apa yang menyebabkan mu menagis? Sungguh engkau telah membuat keluarga mu khawatir?"

Maka dia (Muhamamd bin Al-Munkadir) menjawab : "Sesungguhnya aku telah melewati sebuah ayat dari al-Qur'an."

Lalu Abu Hazim rahimahullah meneruskan pertanyaan nya "Ayat apakah itu?" Muhammad bin Al-Munkadir menjawab : "Firman Allah Azza wa Jalla :
ولو أنّ للّذين ظلموا مافي الأرض جميعا ومثله معه , لافتدوابه من سوء العذاب يوم القيمة , وبدالم مّن الله مالم يكونوا يحتسبون
"Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan." [al-Quran surat az-Zumar ayat 47]

Maka Abu Hazim menangis juga dan tangisan mereka berdua semakin menjadi - jadi. Sebagian keluarga Ibnu Al-Munkadir berkata kepada Abu Hazim : "Kami membawa mu agar dapat menyelesaikan masalahnya, tetapi engkau justru malah menambahnya (menanggis)." Kemudian dia menceritakan kepada mereka apa yang sebenarnya menyebabkan mereka berdua menangis." 


[100 Qishshah Min Qashsh Ash-Shalihin. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 155-156, Hamdan Hamud AL-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah...
Kapan air mata kita mengalir karena al-Quran? Karena makna didalamnya?

Kisah Kesepuluh: Pencinta Nyanyian dan Pencinta al-Quran Ketika Wafat

Simak kisah berikut, dan ambillah pelajaran dari nya.

Salah seorang pekerja pemantau lalu lintas bercerita :
"Tiba - tiba kami mendengar suara tabrakan yang kuat, ternyata sebuah mobil yang menabrak mobil yang lain nya. Ini merupakan sebuah kecelakaan yang sulit untuk digambarkan, karena ada dua orang dalam keadaan sangat parah. Kemudian kami mengeluarkan dan membaringkan mereka ditepi jalan. Lalu kami berusaha mengeluarkan pemilik mobil yang satunya, tetapi kami menemukan nya telah meninggal dunia.

Kemudian kami kembali kepada kedua orang tadi, dan ternyata kami menemukan mereka dalam keadaan sekarat, maka dengan segera teman ku men-talqin-kan kepadanya kalimat Syahadat. Tetapi lidah kedua orang tersebut justru malah melantunkan nyanyian. Keadaan ini semakin membuat ku merinding, tetapi temanku berlaku sebaliknya, ia terus men-talqin-kan kalimat syahadat kepada mereka berdua karena ia mengetahui bagaimana seharusnya bersikap terhadap keadaan yang demikian. Namun demikian, usaha teman ku itu sia-sia, mereka berdua terus melantunkan nyanyian-nyanyian, dan semakin lama suara lantunan mereka semakin melemah. Kemudian orang yang pertama diam lalu di ikuti dengan orang yang kedua hingga akhirnya mereka pun menghembuskan nafas nya yang terakhir.

Lantas ia (taman ku) berkata : "Aku belum pernah menyaksikan kejadian yang seperti ini dalam hidupku."

"Kemudian kami membawa mereka berdua dengan mobil. Teman ku berkata : "Sesungguhnya manusia itu mengakhiri hidupnya dengan kebaikan atau keburukan tergantung dengan keadaan lahir dan batin nya."

Maka aku pun takut dengan kematian, aku banyak mengambil pelajaran dari kejadian tersebut dan melakukan shalat pada hari itu dengan khusyu'.

Berselang beberapa waktu, terjadi lagi sebuah kecelakaan yang sangat mengherankan pula yang menimpa seseorang yang mengendarai mobil dengan kecepatan yang biasa.

Pada waktu itu, mobilnya sedang dalam keadaan rusak karena terperosok pada sebuah terowongan yang menuju kearah kota. Ia pun turun dari mobilnya untuk memperbaiki kerusakan pada salah satu ban, kemudian secara tiba-tiba datang sebuah mobil yang melaju dengan kencang, dan menabraknya dari belakang lalu ia terjatuh dengan luka yang cukup parah. Kemudian kami membawanya dengan mobil lalu menghubungi rumah sakit.

Ia adalah seorang pemuda yang masih berusia beliau. Seorang yang berpegang teguh dengan agamanya yang dapat terlihat jelas dari penampilan nya dan ketika kami membawanya kami mendengar bergumam, tetapi kami tidak bisa mengerti apa yang sedang ia katakan. Namun ketika kami meletakkan nya didalam mobil dan berjalan (menuju rumah sakit), maka barulah kami dapat mendengar nya dengan jelas. Ternyata ia sedang melantunkan Al-Qur'an dengan suara lemah. Subhanallah.

Dia terlihat melakukan hal tersebut ketika dalam keadaan kritis. Ia terus melantunkan al-Quran dengan suara yang indah dan tiba-tiba ia terdiam. Kemudian aku menoleh ke belakang dan ternyata dia sedang mengangkat jari telunjuknya sambil bersyahadat kemudian kepalanya tertunduk. Aku pun meloncat ke belakang, aku sentuh tangan nya, dadanya, nafasnya, tidak ada reaksi apa-apa, ternyata ia telah meninggal dunia.

Aku pun menatapnya dan meneteskan air mataku. Lalu aku memberitahukan teman ku bahwa ia telah meninggal dunia, maka teman ku pun menangis. Aku pun masih menangis terisak dan suasana didalam mobil menjadi sangat mengharukan sekali, hingga kami tiba dirumah sakit.

Kemudian kami memberitahukan kejadian nya kepada setiap orang yang kami temui. Banyak diantara mereka yang terharu dan ikut meneteskan air mata. Diantara mereka, ada yang setelah mendengar kisah pemuda tersebut, lalu pergi menghampirinya lalu mencium kening pemuda tersebut. Semua nya bersikeras untuk tetap duduk disana untuk menshalatkan nya. Salah seorang petugas menghubungi rumah pemuda ini dan pada saat itu, orang yang menerima telepon adalah saudara kandungnya.

Kemudian ia berkata tentang saudara nya itu : "Dia pergi setiap hari Senin untuk mengunjungi neneknya yang tinggal sendirian didesa dan dia selalu mencari para janda, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin (untuk bersedekah). Orang-orang didesa tersebut sangat mengenalnya dan ia juga selalu membaca buku-buku dan kaset-kaset, sedangkan mobilnya penuh dengan beras dan gula untuk dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan hingga permen untuk anak-anak pun tidak dia lupakan.

Dia selalu menjawab jika ditanya tentang jauhnya jarak perjalanan yang dia tempuh "Sesungguhnya aku selalu mengambil manfaat dari jauhnya perjalanan dengan menghafal al-Quran dan mengulangnya, dan juga dengan kaset-kaset yang bermanfaat, sesungguhnya aku selalu memohon ganjaran pahala atas setiap langkah yang aku ayunkan."

Salah seorang yang hadir disana berkata : "Dulu aku sering merasa bahwa diriku selalu terombang ambing tanpa arah di dalam kehidupan ini. Aku selalu dihempaskan oleh kebingungan dari segala arah karena waktu ku banyak yang kosong dan pengetahuan ku yang sedikit dan aku pada waktu itu sangat jauh sekali dari Allah.

Ketika kami menshalatkan pemuda tersebut, lalu kami menghadiri penguburan nya dan setelah pemuda itu memulai menjalani hari pertamanya diakhirat, maka aku seolah-olah mulai menjalani hari pertamaku didunia ini. Aku benar-benar telah bertaubat kepada Allah Yang Maha Esa."

[Hikayat Min Suu' Al-Khatimah hal 37-38. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 181-184. Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Alangkah indahnya akhir kehidupan para ahli Qur'an, para penghafal al-Quran.
Dan alangkah buruknya akhir kehidupan para ahli nyanyian.

Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan ahli al-Quran. AamiinKisah pertama: Ingin memalsukan al-Quran, tetapi malah masuk Islam
Allah Subhanahu wa ta'ala berjanji didalam al-Quran, bahwa Dia akan menjaga al-Quran. firman-Nya:
إنّانحن نزّلنا الذّكر وإنّا له لحفظون
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami benar - benar memeliharanya." [al-Quran surat Al-Hijr ayat 9]

Imam al-Qurthubi rahimahullah menyebutkan kisah menarik yang berhubungan dengan pemeliharaan al-Quran didalam kitab Tafsir nya (10/5,6)

Berikut kisah nya :

Khalifah Al-Ma'mun (adalah) seorang kepala negara yang memiliki sebuah majelis diskusi. Kemudian sejumlah orang yang berpakaian bagus, berwajah tampan, dan bertubuh wangi masuk kedalam majelis tersebut, ia ikut berbicara. Pembicaraan nya sangat bagus dan gaya bicaranya indah.
Ketika majelis tersebut selesai, Khalifah Al-Ma'mun memanggilnya dan bertanya kepadanya : "Apakah kamu orang Israil?"
Ia menjawab : "Ya"
Al-Ma'mun kemudian berkata kepadanya : "Masuklah kedalam agama Islam, agar aku bisa berbuat sesuatu kepadamu.!"
Ia lalu memanjanjikan sesuatu kepadanya. Tetapi orang itu menjawab : "Agamaku adalah agama nenek moyangku." Ia kemudian pergi

Setelah setahun kemudian, ia datang lagi dalam keadaan telah memeluk agama Islam. Ia mahir dan sangat pintar dalam masalah fikih, terlihat dari tema pembicaraan nya.
Ketika majelis telah selesai, Ma'mun memanggilnya dan berkata : "Bukankah kamu dulu pernah datang?"
Ia menjawab : "Ya, benar"
Khalifah Al-Ma'mun bertanya lagi : "Apa yang menyebabkan mu memeluk agama Islam?" Ia pun bercerita :

Katanya : "Ketika aku pergi dari hadapan yang mulia, aku bermaksud menguji kebenaran agama - agama ini. Padahal baginda saat itu memandangku orang baik. Aku kemudian mencari Taurat dan menulis tiga naskah salinan nya. Aku menambahkan dan mengurangi isinya. Aku kemudian menawarkan nya ke biara (rumah ibadah yahudi) dan mereka membeli ketiga naskah tersebut dariku.

Setelah itu aku mengambil Injil dan menulis tiga naskah salinan nya. Aku menambah dan mengurangi isinya. Lalu aku masuk kedalam gereja (rumah ibadah nasrani) dan mereka pun membeli ketiga naskah itu dariku.

Aku kemudian mengambil al-Quran dan membuat tiga naskah salinan nya. Aku menambah dan mengurangi isinya. Kemudian aku masukkan ke tempat penjual kertas, mereka (penjual kertas yang muslim itu) membolak balik lembaran nya. Ketika mereka mendapatkan ada tambahan dan kekurangan padanya, mereka membuangnya dan tidak mau membelinya. Dari situ aku tahu bahwa al-Qur'an ini terjaga. Dan itulah yang menyebabkan aku masuk Islam."

[At-Tafsir An-Nabawi li Al-Quran, Salman Fahd Audah. Terjemahan nya Bagaimana Nabi dan Sahabat Menafsirkan al-Quran hal 19-20. cet Pustaka Azzam]

Demikianlah, salah satu kisah bagaimana Allah Subhanahu wa ta'ala menjaga al-Quran melalui para penghafal al-Quran. 

Kisah Kedua: Wafat Karena al-Quran

Muhammad bin Basyar Al-Makki rahimahullah bercerita :

"Pada suatu hari kami pernah bersama Ali bin Al-Fudhail, kami melewati sebuah halaqah al-Quran yang gurunya sedang membaca firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
ليجزى الّذين أسئوا بما عملوا ويجزى الّذين أحسنوا بالحسنى
"(Dengan demikian) Dia akan memberi balasan kepada orang - orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang - orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga)." [al-Quran surat An-Najm ayat 31]

Maka Ali bin Al-Fudhail pada saat itu tersentak lalu pingsan. Kemudian datanglah Al-Fudhail -ayahnya- dan berkata : "Sungguh dia adalah orang yang meninggal karena al-Quran." Kemudian dia (al-Fudhail) membawanya.

Beberapa orang yang membawanya bercerita kepada ku (Muhammad bin Basyar) bahwasanya Al-Fudhail berkata tentang anaknya yakni Ali, bahwa pada hari itu tidak dapat melaksanakan shalat zhuhur, ashar, maghrib, dan shalat isya', karena ia belum sadar dari pingsan nya, dan ketika malam hari barulah beliau sadar lalu beliau mengerjakan shalat - shalat yang tertinggal oleh nya.

Al-Khatib berkata : "Beliau (Ali) meninggal sebelum ayahnya (Al-Fudhail) yaitu beberapa saat setelah mendengar ayat yang dibaca, maka dia pun pingsan lalu meninggal seketika itu juga. Ibrahim Basysyar berkata : "Ayat yang menyebabkan Ali bin Al-Fudhail meninggal dunia adalah ayat dalam surat al-An'aam :
ولو ترى إذ وقفوا على النّار . فقالو يليتنا نردّ
"Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata : "Seandainya kami dikembalikan (ke dunia...)" [al-Quran surat al-An'aam ayat 27]

Aku termasuk orang yang menshalatkan nya. Semoga Allah merahmatinya."

[100 Qishshah min Qashash Ash-Shalihin. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran, hal 154 - 155. karya Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

ٍSubhanallah... Alangkah Dahsyat al-Quran.
Bagaimana dengan kita..! Sudah kita memahami al-Quran dengan baik..?
Semoga Allah memudahkan kita didalam memahami ayat-ayatNya dan mengambil pelajaran dari kitab-Nya.

Kisah Ketiga: Ibu Berusia 65 tahun, Buta huruf Mampu Menghapal al-Quran selama 16 tahun.
 
Seorang ibu bernama Ummu Muhammad (Wadhha Ath-Tahyyar) berusia 65 tahun.

Ia bercerita : "Proses penyimakan yang terus menerus dan alat perekam merupakan dua karunia Allah yang mempunyai andil besar dalam mewujudkan keinginan ku untuk menghafal al-Quran al-Karim.

Perjalanan hidup ku bersama hafalan al-Quran telah berjalan 16 tahun lamanya, tetapi sungguh aku sangat merasa kebahagiaan yang hakiki khususnya ketika aku baru mulai menghafal al-Quran.

Diantara unsur penting yang dapat membantu dalam menghafal  adalah adanya niat yang jujur, ikhlas karena Allah semata, dan bersabar terhadap segala kesulitan. Sesungguhnya aku adalah seorang buta huruf yang tidak bisa membaca dan menulis sehingga aku banyak mendapatkan kesulitan yang luar biasa diawalnya. Namun segala puji hanya milik Allah, aku menggunakan alat perekam dan meminta pertolongan seorang guru wanita untuk datang kerumahku membaca al-Quran kepada ku dan menyimak hafalanku setiap harinya. Tidak lupa pula bahwa motivasi anak-anak ku yang tiada hentinya merupakan dorongan bagi ku untuk meneruskan kegiatanku dalam menghafal.

Karena buta huruf, maka ketergantungan ku pada indra pendengaran merupakan hal yang paling utama bagi ku. Ini merupakan salah satu karunia Allah sebagai ganti dari sifat buta hurufku sehingga bisa mewujudkan impianku mengkhatamkan al-Quran selama 16 tahun di lingkungan ahli al-Quran. Aku memohon kepada Allah agar menjadikan ku termasuk hamba - hamba-Nya ahli Quran, karena al-Quran adalah cahaya bagi manusia sewaktu didalam kuburnya.

Akhir kata aku mengajak saudari - saudari ku untuk menghafal al-Quran karena sesungguhnya hal tersebut mudah dan ringan sekali bagi siapa saja yang dimudahkan oleh Allah Ta'ala."

[Majalah Al-Usrah hal 15. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 132-133. Hamdan Hamud al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah, bagaimana dengan kita yang masih muda, apalagi -alhamdulillah- sebagian kita tidak buta huruf? Kemana waktu kita pergi dan habiskan?

Mulailah...bacalah, hafallah, dan ulangilah
 

Kisah Keempat: Singa pun Mendengarkan al-Quran dengan Khusyu'


Ahmad bin Thulun adalah salah seorang pemimpin Mesir Zaman dahulu dan juga merupakan seorang Ulama yang memiliki kedudukan yang mulia. Nama lengkapnya adalah Abu Al-Hasan bin Ahmad bin Banan. Beliau rahimahullah pernah mendekam di penjara.

Penyabab dia dijebloskan ke penjara adalah karena dia dahulu pernah menemui salah seorang pejabat, lalu beliau mendakwahinya. Pejabat tersebut pun marah kepada beliau seperti orang yang pura - pura tidak mengetahui sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam : "Ada dua orang yang apabila dua orang ini baik, maka menjadi baiklah umat dan apabila buruk, maka akan menjadi buruklah umat tersebut yakni para ulama dan umara."

Pejabat itu marah dan hilanglah kesabaran nya lalu dia memerintahkan kepada para tentaranya : "Seretlah orang ini dan sodorkanlah dia kepada singa yang lapar. Kemudian kuncilah dia bersama singa tersebut dan biarkanlah dia hingga tubuhnya habis dimakan singa."

Ulama tersebut yakni Ahmad Thulun dimasukkan ke dalam penjara dengan Singa yang sedang kelaparan. Keesokan harinya, para penjaga penjara menemukan ulama tersebut sedang duduk dengan tenang dan nyaman sambil berdzikir mengingat Allah Ta'ala dan membaca ayat - ayat Al-Quran yang penuh berkah.

Mereka mendapati singa yang kemarin kelaparan tersebut sedang menundukkan kepalanya dengan tenang dan penuh kekhusyukan, menyimak ayat - ayat al-Quran (yang dibacakan).

Bagaimana bisa demikian? Ketahuilah karena sesungguhnya al-Quran itu adalah firman Allah Subhanahu wa ta'ala : Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : "Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al Quran yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, niscaya tak ada baginya seorang pemimpinpun." [al-Quran surat az-Zumar ayat 23]

Kemudian bagaimana tidak? Yang telah menurunkan al-Quran itu adalah Allah Ta'ala yang telah berfirman : "Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir." [al-Quran surat al-Hasyr ayat 21]

['Ajaib al-Qishash hal 82. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 156-158. Hamdan Hamud Al-Hajiri]

Subhanallah... Jika Singa yang buas yang sedang kelaparan saja khusyu' mendengarkan al-Quran, lalu bagaimana dengan kita? Kita bisa membaca al-Quran, alhamdulillah. Tapi sudah kah kita khusyu' dan mengambil pelajaran dari al-Quran?

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman : Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran? [al-Qamar ayat 17, 22, 32, 40]


Kisah Kelima: Menghafal al-Quran ketika menunggu Sidang
 

Syaikh DR.Yahya bin Abdurrazzaq al-Ghautsani bercerita :

"Kisah unik lain yang saya dengar juga adalah para tahanan di salah satu penjara tidak ada yang memiliki mushaf al-Quran. Oleh karena itu, masing masing dari mereka (para narapidana) mendiktekan hafalan al-Quran yang dia miliki kepada narapidana lain nya, sehingga semua narapidana dapat menghafal seluruh al-Quran (tanpa mushaf). Kecuali halaman terakhir dari surat Al-Anfaal. Sebab tidak ada seorang pun dari mereka yang menghafalnya. Hal ini sangat merisaukan mereka. Hingga akhirnya, ketika tiba giliran persidangan salah seorang dari mereka, dan ia keluar menuju lorong pengadilan untuk menunggu giliran, maka hal yang pertama yang ia (salah seorang narapidana) lakukan adalah mencari orang yang menghafal penghujung surat al-Anfaal.

Secara kebetulan ia mendapatkan nya diantara orang - orang yang hadir disitu. Lalu orang itupun mendiktekan hafalan nya kepada nya (yakni nara pidana tadi) dengan cara berbisik. Kemudian ia pun kembali kepada teman - teman nya dengan membawa hadiah yang paling berharga.

Sekembalinya ke penjara, mereka (nara pidana) lain nya langsung berkerumun disekelilingnya, lalu ia mendiktekan (halaman terakhir dari surat al-Anfaal) kepada yang lain nya. Ternyata mereka langsung dapat menghafalnya sejak pertama kali mendengarnya, seperti layaknya surat al-Fatihah."

[Cara Mudah dan Cepat Menghafal al-Quran hal 202-203, DR.Yahya bin Abdurrazzaq al-Ghautsani. cet Pustaka Imam Syafi'i. judul asli nya Kaifa Tahfazhul Quran al-Karim]

Subhanallah, begitu semangatnya para narapidana ini dalam menghafal al-Quran.
Bagaimana dengan kita?

Kisah Keenam: Seorang Penyanyi Menjadi Seorang Qari' al-Quran

Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu'anhu : "Bahwa pada suatu hari, beliau melewati suatu tempat pada arah Kufah, tiba - tiba beliau mendapati sekumpulan orang - orang fasik yang sedang meminum khamr. Diantara mereka, ada seorang penyanyi yang bernama Radzan yang bernyanyi sambil memainkan alat musik, dan memiliki suara yang indah. Kemudian ketika Abdullah bin Mas'ud mendengar suaranya ia berkata : "Aduhai alangkah indahnya suara ini seandainya digunakan untuk membaca al-Quran." Kemudian Abdullah bin Mas'ud menutupi kepalanya dengan kain nya dan berlalu.

Ketika Radzan mendengar ucapan Ibnu Mas'ud (secara sayup-sayup), ia pun bertanya kepada teman - teman nya : "Siapakah orang ini?" Maka teman - teman nya menjawab : "Dia adalah Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu'anhu, dia adalah sahabat Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam."

Kemudian ia (Radzan) bertanya lagi : "Apa yang ia katakan tadi?"

Lantas mereka menjawab : "Sesungguhnya ia tadi berkata : "Aduhai alangkah indahnya suara ini seandainya digunakan untuk membaca al-Quran."

Kemudian tersentuhlah hati Radzan dengan ucapan tersebut, lalu ia pun melempar Al-'Ud (semacam alat musik jenis kecapi) ketanah dan menghancurkan nya.

Kemudian ia bergegas mencari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu'anhu hingga ia menemuinya, lalu ia meletakkan sapu tangan dilehernya. Lantas ia menangis dihadapan Abduillah bin Mas'ud, maka Abdullah bin Mas'ud memeluknya dan menangislah mereka berdua.

Kemudian Abdullah berkata : "Bagaimana aku tidak mencintai orang yang Allah Ta'ala telah mencintainya (karena bertaubat)." Ia pun bertaubat dari dosanya dan senantiasa mengikuti pelajaran Abdullah bin Mas'ud. Sehingga ia pun mendapatkan banyak manfaat dari al-Quran serta ilmu darinya, yang pada akhirnya hal tersebut menjadikan nya seorang Imam dalam bidang ilmu." 


[Qaidul Awabid hal 20. Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran, hal 168-169. Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah...

Sangat jarang sekali yang ada seperti ini pada zaman ini. Bahkan yang banyak terjadi adalah orang yang dianggap ustadz, menjadi seorang Penyanyi. La Haula wa La Quwata Ilaa Billah -semoga Allah memberi hidayah kepada mereka-.

Kisah Ketujuh: "Aku membenci al-Quran, dan Al-Quran pun meninggalkan diri ku."

Syaikh Muhammad Ya'qub berkata :

"Aku pernah duduk bersama seseorang yang termasuk dari kalangan konglomerat yang ternama. Kemudian ia bercerita kepada ku : "Wahai Syaikh, apakah engkau mengetahui bahwa dahulu aku pernah menghafal al-Quran Al-Karim seluruhnya. Hal itu karena dahulu orangtuaku selalu memaksaku untuk menghafalnya hingga akhirnya aku pun dapat menghafalkan nya. Namun, aku sebenarnya tidak mencintai al-Quran sedikitpun. La Haula wa La Quwata Ila Billah, justru yang aku rasakan al-Quran adalah kesedihan bagi hatiku.

Aku seringkali berangan - angan agar aku bisa mengendarai mobil, kemudian aku dapat tinggal di villa dan memiliki sebuah pabrik. Aku tidak menginginkan al-Quran, aku ingin menjadi kaya, aku ingin menjadi raja dan aku ingin.... aku ingin... aku ingin..."

Kemudian laki - laki itu melanjutkan ceritanya : "Pada suatu malam, aku bermimpi dan ku lihat dalam mimpiku sebuah hal yang aneh. Aku memegang mushaf dan mendekapnya ke dadaku dengan erat dan penuh rasa cinta, kemudian datanglah seorang laki laki dan beliau mengambil al-Quran dariku dengan kasar dan kuat.

Pada pagi harinya, aku tidak dapat mengingat al-Quran walaupun satu huruf sekalipun. Kemudian aku meneruskan pendidikan ku ke jenjang perguruan tinggi jurusan bisnis. Setelah itu semua, Allah membukakan bagiku dunia berupa harta dan benda yang berlimpah.

Demi Allah, Demi Allah, aku tidak perlu berdusta. Sungguh telah berlalu 10 tahun lamanya, sementara aku kini berusia 68 tahun, aku tidak dapat merasakan nikmatnya tidur, kecuali setelah badanku terasa lelah karena menangis dan meratap, menyesali diriku dengan apa yang telah aku lakukan terhadap al-Quran. Sekarang wahai Syaikh, aku tidak mampu menghafal al-Quran walaupun hanya satu ayat saja dan yang lebih parahnya lagi aku tidak mampu membaca walaupun hanya satu ayat. La Haula wa La Quwata Ilaa Billah." 


[Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 166-167, Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Siapa yang membenci al-Quran, maka Allah Subhanahu wa ta'ala tidak membutuhkan nya?

“Ambilah ibarat (pelajaran dari kejadian itu) hai orang-orang yang mempunyai pandangan”. (Al-Hasyr : 2)

Kisah Kedelapan: "Ku Robek Al-Quran, Al-Quran pun Merobek Hidup ku."

Imam Al-Mawardi rahimahullah menceritakan didalam kitab nya Adab Ad-Din wa Ad-Dunya bahwasanya Al-Walid bin Yazid bin Abdul Malik pada suatu hari bermain - main dengan mushaf al-Quran sebelum ia keluar dari rumahnya, maka dia membuka mushaf, terbukalah firman Allah Subahanhu wa ta'ala  :
واستفتحوا وخاب كلّ جبّار عنيد
"Dan mereka memohon diberi kemenangan dan binasalah semua orang yang berlaku sewenang - wenang lagi keras kepala." [al-Quran surat Ibrahim ayat 15]

Kemudian ia merobek - robek mushaf al-Quran tersebut dan berkata : "Apakah engkau mengancam setiap orang yang keras kepala lagi pembangkang?

Inilah aku orang yang keras kepala lagi pembangkang. Apabila engkau mendatangi Rabbmu pada hari kiamat nanti, Katakanlah : "Wahai Rabbku, sesungguhnya Walid telah merobek - robek ku."

Beberapa hari kemudian, Allah memberikan nya kematian dengan seburuk - buruk kematian. Kepalanya disalib di istana nya sendiri diatas pagar tertinggi di negerinya."


[Adab Ad-Din wa Ad-Dunya hal 307, Al-Marwadi. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran 172-173, Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah] 

Kisah Kesembilan: Menangis karena Satu Ayat al-Quran


Pada suatu malam, Muhammad bin Al-Munkadir rahimahullah melaksanakan shalat malam, kemudian beliau terus menerus menangis hingga membuat keluarganya merasa khawatir terhadap nya.

Mereka pun bertanya kepadanya. "Apa yang menyebabkan mu menangis?" Namun beliau terdiam dan terus menerus menangis. Kemudian keluarganya mengirim utusan kepada Abu Hazim untuk memberi tahu keadaan nya. Oleh karena itu, datanglah Abu Hazim dan mendapati beliau sedang menangis, lantas dia (Abu Hazim) bertanya kepada nya (Muhammad bin Al-Munkadir) : "Wahai saudaraku, apa yang menyebabkan mu menagis? Sungguh engkau telah membuat keluarga mu khawatir?"

Maka dia (Muhamamd bin Al-Munkadir) menjawab : "Sesungguhnya aku telah melewati sebuah ayat dari al-Qur'an."

Lalu Abu Hazim rahimahullah meneruskan pertanyaan nya "Ayat apakah itu?" Muhammad bin Al-Munkadir menjawab : "Firman Allah Azza wa Jalla :
ولو أنّ للّذين ظلموا مافي الأرض جميعا ومثله معه , لافتدوابه من سوء العذاب يوم القيمة , وبدالم مّن الله مالم يكونوا يحتسبون
"Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan." [al-Quran surat az-Zumar ayat 47]

Maka Abu Hazim menangis juga dan tangisan mereka berdua semakin menjadi - jadi. Sebagian keluarga Ibnu Al-Munkadir berkata kepada Abu Hazim : "Kami membawa mu agar dapat menyelesaikan masalahnya, tetapi engkau justru malah menambahnya (menanggis)." Kemudian dia menceritakan kepada mereka apa yang sebenarnya menyebabkan mereka berdua menangis." 


[100 Qishshah Min Qashsh Ash-Shalihin. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 155-156, Hamdan Hamud AL-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Subhanallah...
Kapan air mata kita mengalir karena al-Quran? Karena makna didalamnya?

Kisah Kesepuluh: Pencinta Nyanyian dan Pencinta al-Quran Ketika Wafat

Simak kisah berikut, dan ambillah pelajaran dari nya.

Salah seorang pekerja pemantau lalu lintas bercerita :
"Tiba - tiba kami mendengar suara tabrakan yang kuat, ternyata sebuah mobil yang menabrak mobil yang lain nya. Ini merupakan sebuah kecelakaan yang sulit untuk digambarkan, karena ada dua orang dalam keadaan sangat parah. Kemudian kami mengeluarkan dan membaringkan mereka ditepi jalan. Lalu kami berusaha mengeluarkan pemilik mobil yang satunya, tetapi kami menemukan nya telah meninggal dunia.

Kemudian kami kembali kepada kedua orang tadi, dan ternyata kami menemukan mereka dalam keadaan sekarat, maka dengan segera teman ku men-talqin-kan kepadanya kalimat Syahadat. Tetapi lidah kedua orang tersebut justru malah melantunkan nyanyian. Keadaan ini semakin membuat ku merinding, tetapi temanku berlaku sebaliknya, ia terus men-talqin-kan kalimat syahadat kepada mereka berdua karena ia mengetahui bagaimana seharusnya bersikap terhadap keadaan yang demikian. Namun demikian, usaha teman ku itu sia-sia, mereka berdua terus melantunkan nyanyian-nyanyian, dan semakin lama suara lantunan mereka semakin melemah. Kemudian orang yang pertama diam lalu di ikuti dengan orang yang kedua hingga akhirnya mereka pun menghembuskan nafas nya yang terakhir.

Lantas ia (taman ku) berkata : "Aku belum pernah menyaksikan kejadian yang seperti ini dalam hidupku."

"Kemudian kami membawa mereka berdua dengan mobil. Teman ku berkata : "Sesungguhnya manusia itu mengakhiri hidupnya dengan kebaikan atau keburukan tergantung dengan keadaan lahir dan batin nya."

Maka aku pun takut dengan kematian, aku banyak mengambil pelajaran dari kejadian tersebut dan melakukan shalat pada hari itu dengan khusyu'.

Berselang beberapa waktu, terjadi lagi sebuah kecelakaan yang sangat mengherankan pula yang menimpa seseorang yang mengendarai mobil dengan kecepatan yang biasa.

Pada waktu itu, mobilnya sedang dalam keadaan rusak karena terperosok pada sebuah terowongan yang menuju kearah kota. Ia pun turun dari mobilnya untuk memperbaiki kerusakan pada salah satu ban, kemudian secara tiba-tiba datang sebuah mobil yang melaju dengan kencang, dan menabraknya dari belakang lalu ia terjatuh dengan luka yang cukup parah. Kemudian kami membawanya dengan mobil lalu menghubungi rumah sakit.

Ia adalah seorang pemuda yang masih berusia beliau. Seorang yang berpegang teguh dengan agamanya yang dapat terlihat jelas dari penampilan nya dan ketika kami membawanya kami mendengar bergumam, tetapi kami tidak bisa mengerti apa yang sedang ia katakan. Namun ketika kami meletakkan nya didalam mobil dan berjalan (menuju rumah sakit), maka barulah kami dapat mendengar nya dengan jelas. Ternyata ia sedang melantunkan Al-Qur'an dengan suara lemah. Subhanallah.

Dia terlihat melakukan hal tersebut ketika dalam keadaan kritis. Ia terus melantunkan al-Quran dengan suara yang indah dan tiba-tiba ia terdiam. Kemudian aku menoleh ke belakang dan ternyata dia sedang mengangkat jari telunjuknya sambil bersyahadat kemudian kepalanya tertunduk. Aku pun meloncat ke belakang, aku sentuh tangan nya, dadanya, nafasnya, tidak ada reaksi apa-apa, ternyata ia telah meninggal dunia.

Aku pun menatapnya dan meneteskan air mataku. Lalu aku memberitahukan teman ku bahwa ia telah meninggal dunia, maka teman ku pun menangis. Aku pun masih menangis terisak dan suasana didalam mobil menjadi sangat mengharukan sekali, hingga kami tiba dirumah sakit.

Kemudian kami memberitahukan kejadian nya kepada setiap orang yang kami temui. Banyak diantara mereka yang terharu dan ikut meneteskan air mata. Diantara mereka, ada yang setelah mendengar kisah pemuda tersebut, lalu pergi menghampirinya lalu mencium kening pemuda tersebut. Semua nya bersikeras untuk tetap duduk disana untuk menshalatkan nya. Salah seorang petugas menghubungi rumah pemuda ini dan pada saat itu, orang yang menerima telepon adalah saudara kandungnya.

Kemudian ia berkata tentang saudara nya itu : "Dia pergi setiap hari Senin untuk mengunjungi neneknya yang tinggal sendirian didesa dan dia selalu mencari para janda, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin (untuk bersedekah). Orang-orang didesa tersebut sangat mengenalnya dan ia juga selalu membaca buku-buku dan kaset-kaset, sedangkan mobilnya penuh dengan beras dan gula untuk dibagikan kepada orang-orang yang membutuhkan hingga permen untuk anak-anak pun tidak dia lupakan.

Dia selalu menjawab jika ditanya tentang jauhnya jarak perjalanan yang dia tempuh "Sesungguhnya aku selalu mengambil manfaat dari jauhnya perjalanan dengan menghafal al-Quran dan mengulangnya, dan juga dengan kaset-kaset yang bermanfaat, sesungguhnya aku selalu memohon ganjaran pahala atas setiap langkah yang aku ayunkan."

Salah seorang yang hadir disana berkata : "Dulu aku sering merasa bahwa diriku selalu terombang ambing tanpa arah di dalam kehidupan ini. Aku selalu dihempaskan oleh kebingungan dari segala arah karena waktu ku banyak yang kosong dan pengetahuan ku yang sedikit dan aku pada waktu itu sangat jauh sekali dari Allah.

Ketika kami menshalatkan pemuda tersebut, lalu kami menghadiri penguburan nya dan setelah pemuda itu memulai menjalani hari pertamanya diakhirat, maka aku seolah-olah mulai menjalani hari pertamaku didunia ini. Aku benar-benar telah bertaubat kepada Allah Yang Maha Esa."

[Hikayat Min Suu' Al-Khatimah hal 37-38. Lihat, Agar Anak Mudah Menghafal al-Quran hal 181-184. Hamdan Hamud Al-Hajiri. cet Darus Sunnah]

Alangkah indahnya akhir kehidupan para ahli Qur'an, para penghafal al-Quran.
Dan alangkah buruknya akhir kehidupan para ahli nyanyian.

Semoga Allah memasukkan kita kedalam golongan ahli al-Quran. Aamiin